Minggu, 12 Mei 2013

Ganja dan Srikandi #3

Woww... ganja dan srikandi #3 ?? maksudnya srikandi make ganja gitu ?? husshh.. ya bukanlah. Lu punya pikiran yang enggak-enggak aja sih hahaha.... Disini bukan soal si Srikandi yang make ganja tapi soal kegiatan Srikandi di daerah penghasil ganja yaitu Aceh ! *ehmmm sambil larak lirik satgas anti narkoba*. Guuyysss.. Lu pasti tau dong ganja itu apa? atau paling enggak pernah denger kata-kata itu. Ganja (Cannabis sativa syn Cannabis indica) atau dikalangan anak muda nusantara lebih familiar disebut bakong ijo, gelek, cimeng atau rasta atau sebutan keren lainya ialah mariyuana, pot, weed, dope (bahasa inggris) tampee (bahasa inggris jamaica) ini adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, yaitu Tetrahidrokanabinol (THC), tetra-hydro-cannabinol adalah zat psikoaktif yang menyebabkan perubahan kimia yang nyata didalam otak dan tubuh sehingga membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).

Berdasarkan tinjauan historis, tanaman ganja pertama kali ditemuin di daratan Cina pada tahun 2737 SM. Masyarakat Cina kuno udah mengenal dan manfaatin ganja dalam kehidupan sehari-hari sejak zaman batu. Masyarakat Cina gunain mariyuana untuk bahan tenun pakaian, obat-obatan, dan terapi penyembuhan seperti penyakit rematik, sakit perut, beri-beri sampe malaria. Masih menurut sejarah, ganja dibawa ke Aceh dari India pada akhir abad ke 19 pada saat  Belanda membuka perkebunan kopi di dataran Tinggi Gayo. Pihak penjajah itu make ganja sebagai obat alami untuk ngindarin serangan hama pohon kopi atau ulat pada taneman tembakau.
kebun ganja

Klaim soal ganja gak luput dari Aceh, itu gak bisa serta merta disambut negatif, karena memang bener adanya. Hampir di setiap jengkal belantara Aceh dihiasi tanaman ganja. Gak pelak, isu Aceh sebagai penghasil tanaman ajaib ini bahkan sudah mendunia. Sampe-sampe dalam sidang ke 49 Komisi Narkoba PBB (UN Commission on Narcotic Drugs) tanggal 13-17 Maret 2006 di Wina Austria, turut ngebahas tentang fenomena ini. Konon lagi anggapan masyarakat internasional bahwa Aceh sudah memiliki trade mark sebagai ‘ladang ganja’ terbesar ! sekaligus penyuplai ganja berkualitas nomor wahid. Wooww... fantastis !! Menjamurnya tanaman ganja di Aceh sangat didukung sama kondisi geografis, tanahnya subur, hujan teratur, dan posisi pegunungan dengan iklim yang relatif stabil, ditambah lagi keterisolasian akibat konflik sejak zaman Belanda, DI-TII sampai era GAM. Nah, masyarakat yang berada di daerah terpencil terancam kelaperan dan kemiskinan akibat konfliknya. Warga jadi berinisiatif nanem ganja untuk bertahan hidup. Hampir gak ada orang Aceh yang gak pernah nyicipin, ada yang nikmatin via rokok ternikmat, bumbu dapur, dodol, campuran kopi, sampe diolah ke berbagai jenis makanan lainya, selebihnya dijual ke luar Aceh. Bener-bener kreatif hahaha...
Kenapa ganja dilarang ? Selain berbahaya buat tubuh lu, salah satunya ya karena zat THC bisa mengakibatkan diri lu menjadi mabuk sesaat jika salah digunain. Lu tega liat bokap nyokap lu bengong ngeliat anaknya ketawa ketiwi gak ada juntrungan dengan mata bentet ? Jiaah... jangan deh !!. Sebenernya kadar zat THC yang ada dalam tumbuhan ganja dapat dikontrol kualitas dan kadarnya jika ganja dikelola dan dipantau dengan proses yang bener. Kesan Aceh sebagai ladang ganja berkonotasi negatif memang telah mencoreng muka kita semua di mata Internasional. Bahkan kadang kita sendiri punya konotasi yang sama. Padahal ganja juga berguna lho kalo dipake untuk kepentingan yang tepat... so guyyss tergantung kacamata kita menyikapinya seperti apa dan yang pasti do not even try oke !! Oke... sekarang kita lupain soal ganja, gw akan mulai berbagi pengalaman gw selama ikut kegiatan Srikandi #3. Pasti lu udah gak sabar dong hihihi dan beberapa catetan ke depan gw masih akan ngebahas pengalaman gw ini.


Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda
Rabu, 3 April jam 15.55 sore, gw dan rombongan srikandi juga crew nyampe di Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh. Sumpah !! sudah kayak artis, kita disambut oleh pihak Pemkot Banda Aceh melalui Dinas Pariwisata dengan acara pengalungan bunga dan sambutan oleh Duta Wisata Banda Aceh, yaitu Agam dan Inong Banda Aceh 2011. Kita juga disambut sama rekan-rekan @atjehbicycle, @DarahUntukAceh, @EHAceh, srikandi yang berasal dari Aceh, dan Badan Pemberdayaan Perempuan Aceh. Belum lagi jeprat jepret fotographer dari berbagai media yang siap ngeliput kapan aja dan dimana aja. Daaan...guyyss... itu belum apa-apa. Karena 21 hari kedepan kita bakal ngedapetin apa itu yang namanya kejutan !!
proses pembuatan keumamah
Kamis, 4 April adalah hari kedua kita di Banda Aceh  dan mulai dihadapin sama berbagai aktivitas antara lain gowes menuju hutan kota BNI Banda Aceh di Desa Tibang. City tour ke sekolah SMPN 1 Banda Aceh sekaligus kampanye asiknya bersepeda. Lanjut ke Museum Tsunami Aceh, enggak jauh dari lapangan Blang Padang yang sering dijadiin lapangan olahraga masyarakat Banda Aceh dan sekitarnya. Disini kita disambut sama tarian ranup lampuan yang biasanya dilakuin untuk menyambut para tamu. Kelar acara di Museum Tsunami, kita diajak ke salah satu home industri yang dikelola para perempuan di kota Banda Aceh. Home industri ini memproduksi makanan tahan lama seperti ikan asin dan keumamah (ikan kayu) yang bahan dasarnya dari ikan tongkol. Tujuannya guys.. supaya kita mampu meningkatkan semangat perempuan untuk terus berkarya dan mandiri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Hampir dipastiin kalo gw yang olah bakal jadi kayu betulan hihihi... Eh ya lokasi home industri ini letaknya ada dibelakang gak jauh dari obyek wisata “kapal di atas rumah lampulo”. Naah.. terus kita bergeser ke Pantai Lampuuk. Sumpah !! disini gw ngerasa ada yang gak beres sama perut gw dan ternyata bukan gw aja, kawan-kawan lain dan crew juga ngerasain hal yang sama yaitu : 
KELAPARAN !!
Pulang dari Lampuuk dan pastinya kenyang makan minum doong, kita lanjut ke  Rumah Cut Nyak Dhien. Salah satu pahlawan perempuan Aceh. Rumah yang dibangun tahun 1981-1982 ini adalah replika dari aslinya setelah bangunan asli rumah ini sempat dibakar oleh Belanda pada tahun 1896. Di dalam rumah ini tersimpan foto dan barang-barang bersejarah yang pernah digunain oleh Cut Nyak Dhien ketika melawan Belanda di masa penjajahan. Selesai kunjungan ini dan itu, kita pulang kepenginapan yang letaknya enggak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman. Horee... mandi, leyeh-leyeh, cuci kaki dan tidoor !! Whaats ! tentu aja enggak banget, karena Pemkot Aceh malemnya ngundang kita untuk ‘welcome dinner’ di kantor Balai Kota Banda Aceh. Menarik !! selain dinner kita disuguhi penampilan seni khas aceh seperti beberapa tarian yang memukau yaitu Ranup Lampuan, Likok Pulo Modifikasi, dan Seudati. Acara welcome dinner ini dihadiri oleh Wakil Walikota Banda Aceh Ibu Illiza Sa’auddin Jamal, Om Toto B2W indonesia, Istri Duta Besar dan Istri wakil Duta Besar Denmark. 
Srikandi #3, Om Toto & beberapa crew dikantor Balai Kota Banda Aceh. Semua masih jaim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar